Pada masa silam di Lombok, hiduplah seorang raja yang sudah berumur.
Raja memiliki sepasang sandal kesayangan yang dalam bahasa setempat
disebut lelampak. Lelampak itu terbuat dari kulit kerbau. Sandal kanan
terbuat dari kulit kerbau jantan, sedang sandal kiri terbuat dari kulit
kerbau betina.
Tak seorangpun tahu kalau sepasang sandal itu
ternyata adalah suami istri yang bisa bercakap cakap satu sama lain.
Sang suami biasa dipanggil Papuq Mame sedang istrinya biasa dipanggil
Papuq Kine. Tak ada yang bisa mendengar percakapan antar kedua sandal
itu selain mereka sendiri.
Seperti biasa raja selalu memakai
sandal kesayangannya itu kemanapun ia pergi. Apalagi jika musim hujan
seperti beberapa hari belakangan ini, sandal itulah yang selalu
dikenakannya. Raja menganggap sandalnya yang terbuat dari kulit kerbau
itu tahan air hingga tak cepat rusak. Raja hanya melepas sandalnya jika
ia tidur di malam hari.
Malam itu raja melepas sandalnya dan
meletakkannya di kolong tempat tidur. Sepasang sandal yang kulitnya
masih lembab karena terkena air hujan sungguh merasa tak nyaman. Tikus
tikus dalam istana mengintai mereka karena bau yang mereka keluarkan.
Sepasang sandal itu mulai ketakutan digigit tikus.
“Istriku,
jika kita selalu diintai tikus tikus jahat itu setiap malam, lama lama
kita pasti akan digigit mereka”, kata Papuq Mame kepada istrinya.
“Lantas kita mau apa suamiku ? Kita tak bisa jalan apalagi berlari untuk
sembunyi..”, jawab Papuq Kine. Sang suami segera mengeluarkan ide yang
ada dibenaknya. “Bagaimana jika kita memohon kepada Tuhan agar kita
dijadikan sepasang tikus ?”, tanyanya antusias. Karena Papuq Kine adalah
seorang istri yang penurut, ia menyetujui usul suaminya itu.
Akhirnya
Papuq Mame yang didampingi istrinya itu berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan,
jadikanlah kami sepasang tikus..”, ucap Papuq Mame perlahan dengan nada
memohon. Tuhan segera mengabulkan permohonan Papuq Mame. Tak lama
kemudian Papuq Mame dan Papuq Kine berubah menjadi sepasang tikus
bertubuh besar.
Papuq Mame dan istrinya sangat menikmati
menjadi seekor tikus. Karena tubuhnya jauh lebih besar daripada tikus
tikus lain yang ada di istana, mereka sangat ditakuti. Tak jarang mereka
mengejar tikus tikus lain jika kedapatan sedang mencari makan di dapur.
Karena
kelakuan Papuq Mame dan istrinya, raja dan penghuni istana lainnya
merasa terganggu. Mereka susah tidur karena kegaduhan yang diakibatkan
sepasang tikus itu. Akibatnya raja memerintahkan pengawal untuk
memelihara kucing dalam istana untuk memangsa tikus tikus yang
berkeliaran di sana.
Pengawal raja membawa banyak kucing ke
istana. Kucing kucing itu segera saja memangsa tikus tikus yang dapat
mereka tangkap. Papuq Mame merasa sangat khawatir akan keselamatan
dirinya dan istrinya. Karena itulah sekali lagi ia mengutarakan
keinginannya kepada istrinya.
“Istriku, apakah kau setuju
jika kita memohon kepada Tuhan untuk dijadikan sepasang kucing ?”,
tanyanya kepada Papuq Kine. “Dengan begitu, kita tak perlu lagi
ketakutan diburu kucing kucing lapar itu”, tambahnya lagi meyakinkan
istrinya. Papuq Kine setuju saja usul suaminya itu. Ia beranggapan
pendapat suaminya itu benar.
Papuq Mame segera berdoa
didampingi istrinya. “Ya Tuhan, ubahlah kami menjadi sepasang kucing..”,
katanya penuh harap. Sekali lagi Tuhan segera mengabulkan permohonan
suami istri itu. Tak lama kemudian merekapun berubah menjadi sepasang
kucing.
Karena berbulu indah, sepasang kucing jelmaan
lelampak itu menarik perhatian permaisuri. Sang permaisuri sangat senang
pada mereka. Ia memperlakukan sepasang kucing itu dengan baik dan suka
mengelus elus tubuh mereka. Karena itulah Papuq Mame dan istrinya bebas
berkeliaran keluar masuk kamar tidur raja dan permaisuri.
Meski
sudah berada dalam kondisi yang nyaman, rupanya Papuq Mame belum puas.
Ia merasa iri terhadap anjing pemburu raja yang senantiasa dibawanya
berburu. Kelihaian sang anjing menangkap menjangan, seringkali membuat
raja menghadiahinya sebagian daging binatang hasil buruannya. Hal ini
membuat rasa iri Papuq Mame semakin menjadi.
Papuq Mame
segera menghampiri istrinya dan berkata. “istriku, bagaimana jika kita
memohon kepada Tuhan agar kita dijadikan sepasang anjing pemburu ?”,
katanya antusias. “Coba kau bayangkan alangkah senangnya kita diajak
jalan jalan ke hutan dan dihadiahi banyak daging menjangan”, ujarnya
lagi penuh semangat. Papuq Kine sedikit terkejut atas usul suaminya itu.
Walau demikian ia setuju saja karena menurutnya apa yang dikatakan
suaminya itu tak ada salahnya.
Papuq Mame segera berdoa
disamping istrinya. “Ya Tuhan, jadikanlah kami sepasang anjing
pemburu..”, katanya penuh harap. Lagi lagi Tuhan memenuhi keinginan
Papuq Mame dan istrinya. Segera saja mereka berubah wujud menjadi
sepasang anjing pemburu.
Karena posturnya yang bagus dan
kecakapannya berburu, Papuq Mame dan istrinya menjadi sepasang anjing
pemburu kesayangan raja. Baginda senantiasa mengajak mereka berburu ke
hutan dan menghadiahi mereka daging menjangan. Papuq Mame dan istrinya
merasa sangat senang.
Jika tak sedang diajak berburu, raja
mengurung Papuq Mame dan istrinya dalam sebuah kandang. Lama kelamaan
Papuq Mame merasa dirinya tak bebas. Ia ingin sekali berkeliaran kemana
saja ia suka seperti sebelumnya. Rasa tak puas yang mendera hatinya
membuatnya ingin berubah menjadi seorang manusia.
“Istriku,
apakah kau merasakan juga rasa terkekang seperti yang aku rasakan ?”,
tanyanya pada Papuq Kine. Istrinya itu hanya mengangguk pelan. “Kalau
begitu, bagaimana jika kita memohon kepada Tuhan agar Ia menjadikan kita
manusia ?”, tanyanya lagi. Papuq Kine terdiam sesaat. Ia merasa
permintaan suaminya agak berlebihan. Walau demikian Papuq Kine merasa
suaminya benar. Dalam hatinya, Papuq Kine ingin juga merasakan sebagai
seorang manusia.
“Ya Tuhan, jadikanlah kami sepasang
manusia..”, pinta Papuq Mame segera setelah istrinya menyetujui usulnya.
Tuhan tak keberatan menjadikan Papuq Mame dan istrinya sepasang
manusia. Segera saja mereka berubah wujud begitu Papuq Mame selesai
mengucapkan doanya.
Setelah menjadi seorang manusia, Papuq
Mame ingin sekali menjadi seorang raja menggantikan raja yang dinilainya
sudah tua dan terlalu lama berkuasa. Lagi lagi Papuq Kine merestui saja
keinginan suaminya itu. Ia tak kuasa menolak.
Papuq Mame
mengajak istrinya keluar dari istana dan mendirikan kerajaan baru yang
terletak cukup jauh dari istana raja. Kemegahan istana yang dibangun
Papuk Mame menarik perhatian banyak orang. Tak perlu waktu lama buat
dirinya untuk memperoleh banyak pengikut. Karena tak kuasa menahan
keinginannya, Papuk Mame segera mengajak para pengikutnya menyusun
rencana untuk menyerang raja dan mengambil alih kekuasaan.
Desas
desus rencana Papuq Mame sampai ke telinga raja Raja segera menyuruh
pengawal menyiapkan pasukan untuk menyerang Papuk Mame dan para
pengikutnya lebih dulu. Raja tak ingin Lombok jatuh ke tangan manusia
yang tak jelas asal usulnya.
Demikianlah Papuk Mame dan para
pengikutnya yang sama sekali tak punya pengalaman berperang, kocar kacir
begitu diserang pasukan raja secara tiba tiba. Banyak pengikut Papuk
Mame yang mati terbunuh. Tuhan masih melindungi Papuk Mame dan istrinya.
Mereka berhasil melarikan diri ke dalam hutan.
Papuk Mame
merasa sangat sakit hati atas kekalahannya itu. Ia menolak mentah mentah
saran istrinya untuk kembali sebagai orang biasa yang mengabdi pada
raja. Tiba tiba Papuk Mame mengutarakan ide gilanya kepada istrinya.
“Bagaimana jika kita memohon kepada Tuhan agar dijadikan tuhan ?”,
katanya kepada Papuk Kine yang menatapnya dengan mata membelalak karena
terkejut. Sang istri menolak keinginan suaminya itu. Ia merasa kali ini
suaminya sudah melampaui batas.
Karena didesak terus menerus
oleh suaminya, akhirnya Papuk Kine menyerah. Dengan berat hati ia
menyetujui ide suaminya yang tak masuk akal itu. Papuk Mamepun segera
mengucapkan doanya. “Ya Tuhan…jadikanlah kami ini sepasang tuhan..”,
katanya tanpa ragu. Tuhan berang mendengar permohonan Papuk Mame. Segera
saja Ia mengembalikan Papuk Mame dan istrinya ke wujud asalnya berupa
sepasang sandal yang terbuat dari kulit kerbau.